
Kritik utamanya terhadap Islam adalah Al-Qur'an mengajarkan kekerasan, ekstremisme dan perang. Bagian I dari artikel ini akan membahas tentang buku barunya, bagian II dan III akan membahas ayat-ayat yang digunakan untuk mengkritisi Al-Qur'an, dan juga mengungkapkan tidak hanya ketidakjujuran dan prasangka ekstremnya tapi juga ketidaktahuannya tentang ajaran Islam yang sebenarnya.
BAGIAN I: DICAP MATI
Otobiografi terakhir Wilders yang terlalu melebih-lebihkan dirinya sendiri, merupakan upaya tidak tahu malu yang mengarahkannya pada kekayaan dan hubungan baik dengan para anti Islam Amerika. Adapun perhatian dari kritiknya di bukunya ini sebenarnya lebih lemah daripada film dokumenter Fitna dan tidak ada poin serius dalam pertimbangannya.
Kami pikir sangat disayangkan bahwa ia harus hidup di dalam ketakutan yang terus menerus, dan sebagai Muslim yang cinta damai - Jamaah Muslim Ahmadiyah telah menandai Wilders untuk debat, bukan kematian, sehingga kita bisa menghilangkan semua kesalahpahamannya tentang Islam. Tetapi walau bagaimanapun kami berterimakasih kepada Wilders yang telah menulis bukunya, karena ketika kita mengeskpose tuduhan sebagai kebohongan yang tak berdasar, maka akan lebih mudah membawa pembaca untuk memahami ajaran indah Islam sebenarnya.
Sementara sanggahan rinci sedang direncanakan dalam waktu dekat, disini kita akan melihat beberapa contoh yang mewakili pendekatan licik Wilders untuk merusak Islam dalam bukunya.
Berkenaan dengan rekan parlemennya dan mantan Muslim, Ayaan Hirsi Ali, Wilders menulis dalam bukunya Marked for death:
"Dengan menolak keimanan Islamnya, dia telah melakukan kemurtadan,
suatu kejahatan utama dalam Islam, yang telah ditetapkan di dalam
Al-Qur'an dengan hukuman mati, setelah Anda menjadi Islam Anda tidak
akan pernah diizinkan untuk meninggalkannya " (emphasis mine, p.8)
Wilders mengklaim dia telah membaca Al-Qur'an berkali-kali. Faktanya: Tidak ada di manapun di dalam Al-Qur'an yang menetapkan kematian terhadap kemurtadan. Fakta yang lain: Tidak ada hukuman duniawi terhadap kemurtadan dalam Islam. Sementara Wilders gagal untuk memberikan satu ayat yang mendukung tuduhan palsunya yang terang-terangan - justru karena tidak ada - kami akan menyediakan tiga dalam bab-bab selanjutnya untuk menyangkalnya.
Di dalam Surah Albaqarah [2]:217 Al-Qur'an menjelaskan secara spesifik tentang murtad:
"Dan barangsiapa diantara kamu yang berpaling (murtad) dari agamanya..."
(catatan: Kata bahasa Arab yartadid adalah bentuk kata kerja dari irtidad
atau murtad) Apa yang kita harapkan dengan membaca kalimat ini? Apakah
mungkin dengan melakukan tindakan seperti memburu dan membunuhnya?
Sebaliknya Al-Qur'an tidak menetapkan apa-apa bagi umat Islam terhadap
orang seperti itu selama hidup. Ayat ini dilanjutkan:
"..dan mati sementara ia kafir, maka mereka itulah yang amalannya akan menjadi sia-sia di dunia dan akhirat”
Perhatikan kata bahasa Arab yang digunakan dalam ayat ini adalah 'yamut'
(mati), jelas menandakan kematian alami. Al-Qur'an membedakan antara
kematian alami dengan kematian melalui pembunuhan oleh manusia. Akan
digunakan kata 'qutila' (dibunuh) seandainya yang dimaksudkan adalah yang kedua.
Dalam Surah Ali Imran Allah berfirman bahwa:
"Orang-orang yang telah kafir setelah beriman 'akan tinggal' di bawah laknat Allah, Malaikat dan manusia, 'kecuali orang-orang yang bertobat setelah iu dan memperbaiki diri. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (3:86-89).
Dalam Surah Annisa, Surah keempat kita baca:
"Orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudia beriman lagi, kemudian kafir..." (4:137).
Nah, jika Al-Qur'an memang mengatur hukuman mati bagi yang murtad
mengapa harus dituliskan 'kecuali mereka yang bertobat' dari kemurtadan,
atau membahas mereka yang 'kembali beriman' setelah kemurtadan mereka
yang menurut Wilders mereka seharusnya sudah tewas. Fakta menyatakan bahwa tidak ada hukuman duniawi apapun untuk orang yang murtad dalam Islam, dan Wilders telah menyebarkan informasi yang salah.
BAGIAN II: FITNA
BAGIAN II: FITNA
Di dalam film "Fitna" ditampilkan lima ayat Al-Qur'an yang masing-masing diikuti dengan berbagai adegan kekerasan atau kebencian, untuk memberikan citra bahwa Al-Qur'an mendorong kekerasan terhadap non-muslim. Kami akan sampaikan masing-masing ayat tersebut:
1. "Menakut-nakuti musuh (Al-Anfaal [8]:60). Ayat tersebut berbunyi:
"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu."
Wilders telah menghilangkan sisa ayat-ayat terkait:
"..dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Anfaal [8]:60-61)
Ayat ini memerintahkan umat Islam tentang bagaimana mencegah perang,
bukan untuk menghasut. Tentara yang terlatih selalu menjadi benteng
utama terhadap penyerbu yang bertekad melakukan penaklukan (misalnya
orang-orang romawi dan persia yang bertetangga). Ayat ini memberikan
bimbingan orang-orang beriman untuk mempersiapkan kekuatan penuh untuk
membuat gentar musuh, bukannya memulai permusuhan ke arah itu. Ayat ini
lebih lanjut memerintahkan orang beriman untuk membuat dinding
pertahanan untuk mencegah pasukan asing yang ingin menyerang kota-kota
Muslim. Ayat yang berikutnya memerintahkan umat Islam untuk 'cenderung
pada perdamaian' jika musuh condong ke arah perdamaian. Jika demikian
apa yang menjadi bahan kritikan?
2. Pembakaran kulit (Annisa [4]: 56). Ayat kedua berbunyi:
2. Pembakaran kulit (Annisa [4]: 56). Ayat kedua berbunyi:
"Sesungguhnya orang-orang yang telah ingkar kepada Ayat-ayat Kami niscaya segera akan Kami masukkan mereka ke dalam Api. Dan setiap kali kulit mereka hangus, Kami menggantikannya dengan kulit lainnya, supaya mereka merasakan azab itu. Sesungguhnya adalah, Allah swt. Maha Perkasa, Maha Bijaksana".
Disini Allah menyatakan sendiri ketidaksenangan-Nya kepada orang-orang
yang kepada mereka telah diberikan kitab yang diwahyukan tetapi mereka
memutar balikkan kata dan lebih memilih menyembah berhala daripada
menjadi Islam. Allah berjanji untuk orang-orang kafir seperti itu dengan
hukuman neraka yang membara. Konsep non-kontroversial yang juga sejalan
dengan ajaran Yahudi dan Kristen. Satu-satunya perbedaan adalah Islam
mengajarkan konsep neraka yang sementara, neraka yang bersifat
memperbaiki, sehingga ketika lapisan kulit jahat terbakar, 'kulit
spiritual' baru melapisi orang-orang berdosa yang telah memperbaiki
diri, sehingga ia dapat diterima ke Surga. Yang paling penting dari ayat
ini adalah Allah taala sendiri yang akan menjadi Penghukum satu-satunya setelah kematian, bukan orang Islam.
3. "Pukullah leher dan ikat dengan belenggu" (Muhammad [47]:4)
3. "Pukullah leher dan ikat dengan belenggu" (Muhammad [47]:4)
Dalam ayat ini Wilders hanya mengutip bagian yang dia suka yaitu:
"Dan apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pukullah leher-leher mereka, hingga apabila (kamu telah mengalahkan mereka) maka perkuatlah belenggu mereka.."
Dia menghilangkan petikan ayat berikutnya:
"..kemudian sesudah itu melepaskan mereka sebagai suatu kebaikan atau dengan tebusan hingga perang berakhir. Demikianlah berlaku segala peraturan ..."
Ungkapan "dalam pertempuran" tidak muncul secara eksplisit dalam
Al-Qur'an tetapi telah dimasukkan dalam terjemahan untuk menjelaskan
konteks ayat, yang muncul dalam surat yang bernama "Muhammad" yang
disebut juga Surah "Qital" atau "bertempur" untuk menjelaskan protokol
peperangan. Benar-benar suatu kegilaan jika menunjukkan bahwa ayat
tersebut berlaku untuk setiap situasi. Selama 1400 tahun Islam telah
hidup berdampingan dengan non-muslim namun tidak sampai terjadi
pemukulan leher mereka atau mengikat mereka dalam belenggu. Peraturan
Al-Qur'an ini hanya berlaku dalam peperangan defensif, bukan agresi, dan
Al-Qur'an mengajarkan umat Islam untuk condong pada perdamaian setelah
musuh condong pada perdamaian. Wilders tidak bisa menjawab fakta sejarah
selama 1400 tahun sampai sekarang, dimana orang-orang non-muslim bisa
hidup damai dalam menjalankan keyakinan mereka di dalam negara yang
mayoritas Muslim
4. "Tangkap dan Bunuh mereka" (An-Nisa [4]:90). Ayat tersebut berbunyi:
"Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong".
Sekali lagi Wilders bersalah telah mengabaikan konteks ayat yang ada
hubungannya dengan pertempuran, khususnya ayat yang berlaku ketika
orang-orang kafir yang secara sepihak melanggar perjanjian damai mereka
dengan umat Islam, yang pergi menyerang orang-orang Islam di Madinah.
Ayat berikutnya (4:91) sebenarnya merupakan kelanjutan dari pesan yang
sama dan memenuhi syarat perintah untuk tidak mengambil teman atau
penolong dari antara mereka.
"..Kecuali orang-orang yang mempunyai hubungan dengan suatu kaum yang di antara kamu dengan mereka ada suatu perjanjian, atau mereka datang kepadamu sementara hati mereka kecut bila hendak memerangi kamu atau memerangi kaum mereka sendiri. [...] jika mereka menjauhkan diri dari kamu dan tidak memerangimu dan menawarkan kedamaian kepadamu, maka tidaklah Allah swt. mengadakan jalan bagimu untuk menyerang mereka."
Ayat 92 lebih ekspilisit menjelaskan kondisi beberapa kondisi yang
diperlukan yang harus dipenuhi sebelum umat Islam diperbolehkan untuk
mengangkat senjata melawan para agresor. Interpretasi sederhana
ayat-ayat tersebut memperlihatkan bagaimana Wilders berupaya menipu
pendengarnya dengan memproyeksikan gambar-gambar menyesatkan tentang
Islam, sementara ia dengan sengaja menyembunyikan konteks yang jelas
dari Al-Qur'an.
5. Lawanlah mereka (Al-Anfaal [8]: 39).
5. Lawanlah mereka (Al-Anfaal [8]: 39).
Ayat terakhir ini merupakan upaya terburuk Wilders untuk menggambarkan Al-Qur'an dalam citra negatif. Dia mengutip ayat berikut:
"Dan perangilah mereka sampai tidak ada penganiayaan dan agama sepenuhnya bagi Allah."
Dia menghilangkan sisa ayat berikutnya yang berbunyi:
'..tetapi, jika mereka berhenti, maka sesungguhnya Allah swt. Maha Melihat apa-apa yang mereka kerjakan."
Dan ia juga gagal mengutip ayat terkait sebelumnya.
"Katakanlah kepada orang-orang yang ingkar, “Jika mereka berhenti dari apa-apa yang telah lampau (yaitu kejahatan besar mereka terhadap kemanusiaan, yang jika dilihat dari jumlahnya pada saat ini sampai pada tindakan genosida), mereka akan diampuni; dan jika mereka kembali kepada perbuatan salah, maka sesungguhnya telah berlaku sunnah Allah swt. terhadap orang-orang terdahulu. (8:38)
Secara bersama, ayat-ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa umat Islam
diperintahkan untuk menawarkan perdamaian dan memaafkan kepada musuh
mereka yang kejam. Sebuah tawaran yang sangat murah hati. Tetapi jika
para penindas itu gagal dalam menerimanya, umat Islam diperintahkan
untuk membela diri dengan tegas, suatu tindakan yang setiap bangsa saat
ini menyebutnya sebagai hak kedaulatan dan tanggung jawab. Dan hal ini
bukan pada tindakan mereka yang pertama, namun serangkaian tindakan
pelanggaran mereka yang terakhir, hal ini menjadi jelas bahwa kafir
tidak akan menyerah sampai kaum muslimin dimusnahkan sehingga orang
Islam diperintahkan untuk berjuang sampai mencapai kemenangan akhir.
Wilders mencoba untuk menyesatkan para pendengarnya dengan
menterjemahkan Fitna sebagai "pertikaian" sedangkan dalam konteks yang
tepat kata tersebut dipahami sebagai "penganiayaan" terhadap kaum
Muslimin, karena mereka adalah kelompok yang lebih kecil, lebih lemah
yang tidak bersalah yang sedang diserang secara brutal oleh orang-orang
musyrik karena keimanan mereka pada satu Tuhan.
BAGIAN III: AL-QUR'AN MENGHASUT PADA KEKERASAN
Dengan cara pemelintiran ayat-ayat Al-Qur'an, Wilders telah menyerukan larangan terhadap Al-Qur'an di Belanda, yang melabelinya sebagai kitab ''fasis" dan menyatakan bahwa Al-Qur'an mengajarkan pada agresi dan ekstremisme. Selain ayat-ayat yang dikutip dalam Fitna, Wilders sering menyajikan Surah At-Taubah: 4 sebagai bukti bahwa Islam menyerukan kekerasan terhadap orang-orang Yahudi dan Kristen. Ayat- tersebut berbunyi:
Maka, apabila bulan-bulan haram itu lewat, maka bunuhlah orang-orang musyrik itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan lawanlah mereka dan kepunglah mereka dalam benteng mereka, dan dudukilah setiap tempat pengintaian untuk mengintai mereka. Tetapi, jika mereka bertobat serta dawan mendirikan shalat dan membayar zakat, maka bukalah jalan mereka. Sesungguhnya Allah swt. Maha Pengampun, Maha Penyayang.''
Hadhrat Mirza Masroor Ahmad pemimpin tertinggi Jamaah Muslim Ahmadiyah
seluruh dunia menjawab langsung tuduhan Wilders tersebut dengan
menjelaskan bahwa ayat tersebut menyangkut kelompok yang spesifik (yaitu
para penyembah berhala yang telah melanggar perjanjian damai dengan
Muslim dan melakukan perjalanan ke Madinah dalam upaya membunuh mereka),
sedangkan Wilders mencoba menerapkannya terhadap semua non-muslim
untuk setiap masa (perhatikan bahwa hukuman mati bagi kejahatan keji
saat ini dipraktekkan di Amerika Serikat dan lebih dari 50 negara lain
di seluruh dunia). Hal ini perlu juga diingat bahwa ayat-ayat sebelumnya
memberikan waktu selama 4 bulan untuk mempertimbangkan kembali tindakan
mereka dan menghentikan permusuhan. Sayangnya setelah empat bulan
berlalu musuh-musuh Islam terus melakukan permusuhan terhadap kaum
Muslimin. Sampai akhirnya Rasulullah saw diperintahkan oleh Allah taala
menghadapi mereka dalam peperangan untuk membela umat Islam dan agama
Islam.Meskipun hukuman mati layak ditetapkan, Tuhan Islam menyerukan
belas kasih kepada para pembunuh kejam yang bertobat dan menerima Islam
selama bulan-bulan suci. Wilders kemudian mencoba untuk membuatnya
tampak seolah-olah tindakan penuh kasih sayang tersebut sebagai ajakan
kepada Islam dengan kekerasan. Jika para penyembah berhala itu masuk
Islam dengan paksaan maka hal itu akan bertentangan dengan Al-Qur'an
yang menyatakan,
"Tidak boleh ada paksaan dalam agama" (2:275) dan "untuk mu agamamu, untukku agamaku"
(109:6), yang pada dasarnya merupakan larangan untuk memeluk Islam
dengan paksaan. Dan sebaliknya ayat ini menekankan kebebasan beragama.
Akhirnya harus ditekankan banyak "penyembah berhala" (al-Musyrikiin)
secara definisi tidak termasuk untuk orang-orang Yahudi dan Kristen yang
oleh Al-Qur'an mereka disebut sebagai ahlul-kitab (orang-orang kitab)
yang diajarkan pada keimanan satu Tuhan.
Hal-Hal lain dari Wilders
Meskipun artikel ini memaparkan kritikan utama Wilders terhadap Al-Qur'an yang dilakukan secara tidak jujur dan tidak berdasar, karena pertimbangan ruang, telah mengabaikan sejumlah isu lain termasuk kritik yang tak kalah konyolnya terhadap Islam seperti perempuan Islam tidak dihargai; Wilders diberitakan telah menjalin hubungan dengan individu-individu dan entitas-entitas diluar Belanda yang mendukung aktivitas anti Islamnya dan mendanai partainya, Party for Freedom (PVV); konsekuensi hukum dari pidato kebenciannya termasuk sidang di tahun 2010 dimana ia dituduh menghasut kebencian, dan larangan memasuki Inggris dan sejumlah tempat lainnya menunjukkan bahwa Wilders merupakan bagian dari kampanye anti Islam yang lebih besar yang disanggah dengan dukungan keuangan organisasi. Apakah Wilders adalah seorang kritikus Islam yang jujur atau serius
Islam atau Muslim?
Meskipun artikel ini memaparkan kritikan utama Wilders terhadap Al-Qur'an yang dilakukan secara tidak jujur dan tidak berdasar, karena pertimbangan ruang, telah mengabaikan sejumlah isu lain termasuk kritik yang tak kalah konyolnya terhadap Islam seperti perempuan Islam tidak dihargai; Wilders diberitakan telah menjalin hubungan dengan individu-individu dan entitas-entitas diluar Belanda yang mendukung aktivitas anti Islamnya dan mendanai partainya, Party for Freedom (PVV); konsekuensi hukum dari pidato kebenciannya termasuk sidang di tahun 2010 dimana ia dituduh menghasut kebencian, dan larangan memasuki Inggris dan sejumlah tempat lainnya menunjukkan bahwa Wilders merupakan bagian dari kampanye anti Islam yang lebih besar yang disanggah dengan dukungan keuangan organisasi. Apakah Wilders adalah seorang kritikus Islam yang jujur atau serius
Islam atau Muslim?
Wilders terkenal karena mengatakan "saya tidak membenci Muslim - saya membenci Islam" ironisnya untuk membenarkan kebencian ini Wilders selalu mengaitkan tindakan keliru sebagian Muslim dengan ajaran murni Islam.
Kita tidak menyangkal bahwa ada orang-orang Islam tertentu telah
memelintir ajaran Islam sesuai hekendak mereka sendiri sama seperti
orang-orang sebelum mereka yang telah merusak ajaran murni yang telah
diberikan kepada mereka sesuai dengan tujuan mereka sendiri.
0 Response to "Geert Wilders dan Misinterpretasi ayat-ayat Al-Qur'an"
Posting Komentar